Sunday, September 27, 2015

bisik dari Jakarta untuk Amsterdam

aku pergi untuk kamu. ah, tak yakin juga sesungguhnya untuk apa dan untuk siapa. mungkin untuk aku sendiri. hanya lagi-lagi, kamu jadi alasan. aku pergi tanpa berpikir, bahkan tanpa bertanya kepada kamu apakah kamu bersedia menemui aku.

jarak kita tidak dekat, memang, 5 jam lebih dahulu di belahan bumiku dibanding kamu. sejauh sebelas jam perjalanan dalam kecepatan di atas tiga ratus kilo meter per jam. sejauh itu, bahkan aku sejahat itu tidak bertanya terlebih dahulu soal kesediaanmu. jika ternyata kamu tidak bersedia, apakah aku akan luntang-lantung tanpa atap di negeri mantan penjajah? ah, tak apalah, masih ada Tuhan untuk dipersalahkan jikapun itu terjadi.

tanda yang kamu siarkan sepertinya kamu bisa menerima kehadiranku nantinya, setidaknya dalam asumsiku. kekejian asumsi yang memaksakan kamu untuk menerimaku sebenarnya. terlampau, ya?

aku akan hadir tanpa rencana, namun bukan hanya wacana. semoga ini bukan akan menjadi bagian yang menghambat selesainya tugasmu. sungguh, semoga aku dapat membantumu, meskipun dalam diamku yang sering gagap dan tak tanggap.

No comments:

Post a Comment