Friday, April 16, 2010

dalam benak

dalam suatu rasa yang tak berasa, dalam gegap gempitanya hubungan tanpa nama karena ia tak sanggup memberikan nama atas hubungan yang dijalaninya. Oleh sebab hubungan tak bernama ini, ia harus membungkam dari dunia nyata, berharap tetap berada dalam fananya dunia yang dinikmatinya saat ini. sangkalan demi sangkalan dilakukan untuk menyelamatkan rupa, menyelamatkan segenap jiwa dan diri dari kefasikan. kefasikan pada umumnya yang dikenal para anak manusia..

sempat diberinya perlawanan dalam hitungan tiga kali, namun akal sehatnya seakan mati.. patah sang tunas dan merajam ke dasar bumi tanpa bisa dicari. kembali ia berkutat dalam lesakan kisah tak bernama, dijalani, berharap sang akal masih beriringan dengan cinta. kembali ia bergeming dalam gamang.. hanya mengerti tawa yang setiap detik diraihnya, hanya memahami senyum yang mengukir manis rautnya setiap kali sudut pengelihatannya menangkap sang subjek.

jika aku tanya apakah ia sedang sungguh jatuh hati pada sang subjek, kembali ia tertegun tanpa kata.. ragu, kembali ragu apa rasa kali ini benar cinta? apa rasa kali ini benar mewakili sang hati? namun segala rasa ini sunnguh berbanding terbalik dengan kecintaan awam. jika ia membebaskan, rasa ini lebih sering mengekang.. jika ia melepaskan, kali ini lebih jamak menjadi adiktif.. jika ia seharusnya rendah hati dan memaafkan, kali ini malah banyak rendah diri ditemani tengkar dalam tawa.. mungkin memang ini bukan cinta sebenarnya, tapi ini cinta baginya.

sang subjek hanya dapat bersamanya dalam benak, dalam periode masa ini.. tanpa diumumkan atau diketahui manusia lain.. mereka jelas akan mencaci dan ia tak kuasa menahan caci yang akan menerpanya kali ini. sedikitnya mungkin mereka akan berdecak mengeluh, menggelangkan kepala atau menutup muka daripadanya.. menyalahkan, menyudutkannya.. alibi terbaiknya atas penilaian keseluruhan itu hanyalah hati.. pembenarannya untuk menyalahkan sang hati, menyalahkan waktu dan berharap semoga dapat memetik hikmat atas fase hidupnya kali ini.. hikmat? adakah hikmat kali ini??

hikmat atas suatu legam hitam yang menyeruak membabi buta di tiap malamnya.. hikmat yang menghitamkan langkahnya pada usia yang tidak dapat disebut belia, dan jejak langkahnya akan semakin kelam karena cintanya kali ini.. dapatkah ia peroleh hikmat? atau sang fasik akan terus menggelayut hebat pada jiwanya? ia tahu pada masanya ia harus memilih, memilih untuk beroleh hikmat atau menikmati kefasikan yang diukirnya dalam jiwa..

sungguh ia adalah manusia berlogika yang jauh lebih banyak daripada hati, lebih banyak memiliki akal sehat dan sedikit emosi. ia sungguh jauh lebih pintar dan cerdas dari pada umumnya, tega.. sangat tega akan segala hal yang terlalu emosional, dramatisasi atau hiperbolis. ia bahkan penyaran yang baik, baik dalam kesungguhan.. walau dalam masalah sendiri kali ini, serasa ada jiwa lain yang menjebaknya sehingga ia tak serupa biasa, sedikit berbeda namun tetap sangat keras yang hanya akan mengalihkan pilihan setelah terbentur hebat dan terjatuh.. baiknya aku biarkan ia serupa itu, bagian dari pendewasaannya mungkin..

dituturkannya bahwa ia hanya inginkan ini, hanya ingin senyum dan tawa.. bahkan ingin tengkar dan marah dengan sang subjek.. hanya ingin melewati sang malam dalam diam, menikmati terpaan sang angin bersama secangkir kopi, secangkir teh dan banyak batang rokok.. berbincang, bergunjing dan kembali tersipu dalam tenang.. menatap sang fajar bersama yang menyelinap menghangatkan dinginnya subuh setiap hari. ia hanya ingin ada dan keberadaan, tanpa gugatan yang lebih banyak dari itu..

dan apabila aku tanyakan padanya akan seperti apa akhir dari buku kisahnya kali ini, dengan senyum terselip getir ia akan menjawab.. "dan hanya buku ini yang tak pernah aku akhiri"

No comments:

Post a Comment