Saturday, December 25, 2010

benteng penjaga

Maaf bila aku tak memperhatikan sekitar, sungguh aku sedang sangat sibuk membongkar batu-batu penyusun benteng hati. Hanya aku yang dapat memasuki benteng itu dan tiada orang lain yang dapat menjejalkan diri kedalamnya. Aku membangunnya dengan kesungguhan tanpa batas. Meletakan hatiku satu-satunya didalamnya, memastikan bahwa tiada manusia lain dapat melukainya.

Saat itu aku menyusun batu-batu besar yang tahan akan perubahan cuaca, iklim bahkan waktu. Membiarkan benteng itu tak berpintu, tak berjendela bahkan tanpa ventilasi. Mendirikannya seorang diri sembari dilingkupi peluh, keluh dan rapuh. Setelahnya sang benteng tegak berdiri pada detik itu juga aku letakkan sang hati yang telah meranggas di rongga dadaku, meletakkannya tepat di pusat benteng dan kemudian aku tinggalkan ia berdiam di sana.

Kini aku kembali kedalamnya, membongkar susunan batu penjaga untuk membiarkan hati ini kembali berasa. Keyakinan akan rasa yang tak mampu dijabarkan, diikuti keyakinan terhadap rasa takut akan terjangkit luka yang sama, atau bahkan lebih perih dari yang sudah-sudah.

Namun kali ini, tetap saja aku beranikan jiwa untuk membongkar benteng itu dan memasang sang hati kembali pada rongga dada, mengutuhkan wujudku sebagai manusia. Batu-batu penyusun aku letakkan dengan bersahaja di sekitar bekas bentukan bentengku. Hanya untuk membumbung kepercayaanku bahwa bila hati itu kembali terluka, batu-batu penyusun benteng itu telah siap untuk kembali disusun, tanpa aku harus bersusah payah mencarinya ke penjuru planet bumi lagi seperti hari lalu.

Sang hati sungguh telah terjaga pada rongga dada, dengan lapang akan merasa, dengan kesadaran penuh akan tertawa. Sedang benteng itu.. Benteng itu akan aku dirikan kembali suatu saat nanti.. Dengan hatiku yang kembali termenung didalamnya, lengkap dengan hatimu yang terus menjaganya.



Inspired by you! Yeapp,, you again.

Tuesday, December 14, 2010

puzzled by puzzle


jangan tanyakan padaku apa yang terjadi, mengapa aku begitu fluktuatif? sungguh aku sedang menyusun rangkaian puzzle yang menerpaku. limbung dan hanya bergelayut pada melodi tiap sisi biji-biji puzzle yang satu dengan sejenis lainnya. meraba warna-warna seirama yang aku sejajarkan dengan bagian puzzle berikutnya dan yang aku percaya benar adalah rangkaiannya. menelusuri guratan keping satu sama lain dengan kembali meyakinkan diri bahwa mereka adalah satu rangkaian gambar yang tak terpetakan dalam benakku sendiri.

kepingan ini hanya terserak saja dihadapku, tiba-tiba terhadirkan entah dari mana muasalnya. mengalihkan batas sunyiku akan masa kekinian yang sedang aku selami baik seluk nestapa pun sipu tawanya. menyibukkan aku pada dirinya yang tiada satupun mampu aku terjemahkan dengan kumpulan kosa kata duniawi.

kembali aku luluhkan segenap hati dan peluh, pula akselerasi optimal sang logika dan keluh pada butiran-butiran puzzle yang berarak tepat di kedua bilah telapakku. sesekali menengadahkan kepala kepada sang esa dan kemudian memekik tanpa suara seakan memohon sedikit petunjuk dan banyak mujizat atas rumitnya kepingan puzzle ini. menghanyutkan diri dengan segenap kesadaran penuh untuk kembali berkutat dengannya.. satu dua kali melelehkan air yang bersarang pada kantung mata ini, seakan tingkap perangkaian ini adalah sekam yang sanggup menghilangkan seluruh harap dan menghempasnya pada keputusasaan nelangsa.

apakah aku mampu menyusun biji-biji puzzle ini kembali mengutuh? membentuknya dengan keagungan dalam kecanggungan.. meninggikan kasta-kasta kesabaran nurani untuk kemudian bersandar pada keindahannya.

bahkan sungguhpun masa ini aku membiru.. terperanjat oleh sebab serbuan keping-keping yang merambatkan keutuhan dirinya yang nyata-nyata kian simetris dengan aku!



*inspired by many faces of you, yup.. you!
_pic taken from google and so sorry for the title, i cant find the catchy one in Bahasa_

Friday, December 10, 2010

tidak!

aku harus dapat mengatakan tidak untukmu. tidak untuk segala sesuatu yang terkait dengan aku. tidak untuk sekelumit perintahmu. tidak untuk keibaanku atas permohonanmu. tidak untuk keseharian dalam relung pesonamu. tidak dan hanya tidak.

menidakkan kamu, melawanmu, sungguh tak ubahnya melawan semesta kenyamanan untuk aku, tepat dimana aku terlalu tertarik pada adhesimu.. aku terhenti dalam asa dimana keseluruhan kesenjangan terperikan oleh pemikiranmu dan kembali terkikis oleh hangatnya pijar matamu. dan aku serupa badai gurun di gugusan utara benua hitam yang meluluhlantakkan kehidupan kota dengan pasir nan jumawa.. namun kemudian terhempaskan dalam satuan kilatan mata terhanyut oleh angin laut sang cendekiawan. dan aku tak kuasa melawan, tak kuasa terus sembunyi dalam angkuhnya benteng hati yang tiada terpacu waktu.

kamu menghentikan rotasi duniaku. terhenti dan tak sanggup kembali berputar.. terhisap dalam pusaran kekaguman akan kamu. menelusuri gemerlap buah-buah pikir yang mempesonaku, menyilaukan hatiku yang sungguh terkesima akan kesempurnaan dalam ketidaksempurnaanmu.

aku harus mulai meninggikan sang aku kembali. menghardikmu dengan tidak.. menolakmu dengan serta merta pada setiap permohonanmu.. menunduk sedalam burung unta yang bersembunyi pada tumpukan pasir atau bahkan mengalihkan pandangan mata dari teduhnya tatapanmu.. pun jika perlu akan aku tulikan telinga hingga dekap suaramu tak dapat menyentuhku..

kesemuanya hanya untuk melawan semesta hati. kesemuanya itu hanya untuk menyelamatkan diriku akan kengerian terhadapmu.. sungguh kamu terlalu sempurna. kamu, khayal yang sangat nyata..

dan maaf, tetapi untaian-untaian tidak ini linier dengan tiap butiran hati yang aku percayakan kepada kamu.. tanpa sepengetahuanmu, pula persetujuanmu.. maaf.



inspired by.. you!

Thursday, December 9, 2010

terasing

selamatkan aku dalam kekakuan ini. hempaskan aku pada semburat pelangi yang menipis ketika matari kembali meredup.. jejalkan aku pada maraknya perayaan revolusi terselip anarkisme atas nama kerakyatan atau setidaknya hujani aku dengan seruan-seruan meriam pada upacara pemakaman.. biarkan aku mencecap nelangsa dimanapun selama tidak di ruang ini.. diamnya menusuk hingga perikatan persendian.. dingin,, hampa.

ia tak serupa itu pada hari lalu, sungguh.. aku mengenalnya dengan sangat di waktu kemarin. kini aku menghadapinya sepanjang detik namun seasing manusia baru yang bertengger di sudut kebangsawanannya. mengerikan..

kami bersama karena pengabdian, kami bersama karena persamaan nasib.. serupa manusia-manusia pembentuk bangsa yang berjuang dalam peperangan mempertahankan wilayah yang terjajah oleh kaum kolonial, ya.. kami bersama saat itu. jangan tanya untuk satuan waktu kini, kami tak ayal serupa dua orang asing dalam kendaraan penghantar ke neraka. diam,, terdiam.

bila aku diperijinkan melakukan sesuatu, aku hanya ingin menghardiknya dengan keseluruahan energi yang ku miliki.. memekikkan hamparan kata penjelasan akan sebuah perjuangan mengenai pengabdian. aku terlunta pada hari lalu.. terombang-ambing dalam pengabdian ini, namun aku tiada tak berjuang melawan sang nasib. dan maaf, sedangkan kamu.. terbahak saja pada keagunganmu itu, lupa bahwa kita sama terlunta. bergeming dalam jubah kemeriahan yang menyilaukan mataku, kesenanganmu menyesakkanku, mengusik relung dengkiku tiada terkira.

saat ini, jangan tunjuk aku telah meninggalkanmu.. lihat kembali ke belakang, tanggalkan kesombonganmu sejenak.. lepaskan tahta keangkuhanmu yang kamu genggam seerat kohesi raksa. koyakkan kemalasanmu dan bangkit dari keterpurukanmu.. jangan salahkan aku dalam diammu..

kamu tahu, diammu atasku adalah kesia-siaan!


*inspired by the awkwardness between me and officemate next to me

Wednesday, December 8, 2010

jalang




pekikan "jalang" semalam terus saja terngiang hebat dalam bawah sadarku. terlampir kuat pada rongga telinga dan kembali menghitamkan hati yang telah aku warnai dengan gemerlap kisah dan kasih. aku jalang ujarmu, jalang oleh sebab pengetahuanku akan pekatnya dunia, akan kusamnya masa lalu yang telah aku lontarkan. jalang.. aku jalang untukmu?

jabarkan jalang itu padaku, definisikan dengan rinci, dengan sangat terperinci serupa aku tidak pernah mendengar dan mengerti kata itu. jalangkah aku jika masa itu aku hanya ingin menikmati kenestapaan? jalangkah jika hanya bersama sekelumit teman aku berbagi selimut malam dalam tangis dan kesah? jalangkah aku bila kutorehkan tinta duniawi pada karya agung Tuhan yang dipercayakan padaku semata untuk mengingatkan aku akan getirnya perpisahan dalam keluarga?

hadir dihadapku dan teriakan jalang lagi! tunjukan kejalanganku hari ini, saat ini! mana mukamu, mana suaramu?!! pekikan jalang lagi padaku!! tunjukan durjana itu atas dasar hari ini.. bukan kemarin, bukan masa lalu! sebut aku binatang, sebut aku liar, juluki aku dalam kata apapun yang pernah hadir di muka bumi ini yang terendah dari seluruh golongan kosa kata!

aku berdiri di sini tanpa perisai tanpa tameng, aku telah menduduki otoritamu, mana wajahmu! hina aku detik ini.. jeritkan jalang lagi padaku.. umpatkan, pekikkan dalam histeriamu. lakukan dan jangan sembunyi!

kelamnya masa laluku yang terus kamu gugat, yang terus kamu usik tanpa alas hak, yang melegalisasikan kamu untuk menjuluki aku jalang.. kamu dengar sekarang! masa laluku sepekat langit malam tanpa bintang yang diliputi gerhana bulan. masa laluku tak ubahnya kanvas legam berlukiskan kegetiran milik seorang pesakitan. itu hari laluku.. hari lalu yang menyusun kilauku hari ini, hari lalu yang memantulkan gemerlapku hari ini, hari lalu pendukung gilang-gemilangnya aku hari ini, dan hari lalu pula yang mencerahkan seluk jiwaku sehingga tercitra dalam tiap helai senyum dan syukur atas keakuanku hari ini.

dan kamu sebut aku jalang? hah! pergi dari sudut keagunganmu dan bawa serta dengkimu akan masa lalu.. kejayaanmu tak kurang jalang dari aku! kamu.. luar biasa menyedihkan.


i thank you, pee for the inspiration.
*pic taken from google

Friday, December 3, 2010

5 inci

tinggalkan saja dia, untuk apa kamu termangu di sudut itu larut-larut. berjibaku dengan kesedihan dalam butiran air mata yang mengalir tanpa kendali menjelajahi pipi dan kemudian terjauh ke tanah, menambahkan jumlah polusi air di muka dunia. kelumit apa kali ini yang membebankanmu untuk beranjak? sangatlah aku mengerti bahwa hati yang terkait memiliki yurisdiksi tersendiri, otak dan logika tak mampu mengokupasi yurisdiksi sang hati. berat memang, tak 'ku pungkiri hal itu sebab aku pernah tinggal pula di sudut yang sama dalam perkara yang berbeda.

berdirilah, melangkahlah 5 inci dari sudutmu bergeming itu.. tumpahkan segala amarahmu dalam lautan kenegatifan atas dirinya, berpikir buruklah, menghentaklah sesuai kamu ingin, jika itu dapat mengembalikan kejayaanmu atas nama harga diri! lakukan apa apapun asal kamu dapat beranjak 5 inci dari keterpurukanmu. jangan berlari.. sebab pelarianmu akan menjadi sia-sia, sudut itu akan menarikmu kembali dengan grafitasinya yang luar biasa dashyat. beranjaklah 5 inci saja.. hanya 5 inci dan percayalah jarak itu akan menyelamatkanmu, grafitasinya tak akan mampu mencengkram keberadaanmu dalam 5 inci!

lupakan kesedihanmu, umpatkan cacimu, lupakan sakitmu, umpatkan sadisnya, lupakan pengorbananmu, umpatkan pesonanya. kamu jauh lebih hebat untuk terjatuh saat ini dalam kelumit ini, seharusnya perkara lain yang lebih besar dari ini yang boleh membuatmu terpuruk dan bukan perkara semudah ini. jiwamu tak serapuh itu untuk digugat olehnya!

kembali ke sini! 5 inci dari situ.. aku telah merentangkan tangan untuk mendekapmu sejak hari-hari yang lalu, sahabatku.



inspired by cici and her lovelife.
i thank you.


*pic taken by me

Thursday, December 2, 2010

penyangkalan

tolong sedikit bergeser dari tempatmu berada sekarang, sedikit saja jika kamu berkenan.. kedekatanmu terhadapku kadang menyesakkan aku. menyilaukan kedua bilah mata ini sebab mimpi-mimpi absurb dalam diriku terpetakan padamu. khayalan luar biasa yang selalu jadi wacana antara aku dengan mereka seketika sangat nyata ketika bersamamu. pertanyaan-pertanyaan tak berguna yang aku lontarkan, yang tak pernah digubris oleh mereka, tiba-tiba terjawab dan kamu mengejewantahkannya serupa susunan batu-batu besar membentuk cheops.

untuk kesekian kalinya aku kembali menyangkal dalam pekatnya hati, aku nyatakan bahwa aku tidak jatuh cinta terhadapmu. tidak sama sekali!

aku doktrinkan berulang sampai alam bawah sadar, meyakinkan jiwa akan rasa takut kehilangan harga diri yang lama aku bumbung. mengakui kesempurnaan akan kamu, tidak akan mengakibatkan aku menjadi lebih dari saat ini. namun jangan tanya mengapa mata ini selalu berpendar jika bersinggungan dengan mata milikmu. jangan terkejut jika sudut bibir ini selalu tersungging dalam percakapan kita. bahkan janganlah tersipu jika kamu mendapati rentetan huruf dariku ketika kamu belum terlihat disudutmu... entah mengapa keberadaanmu dalam segala wujudnya tiada menjemukanku. pertidaksamaan dalam persamaan benak kamu terhadap aku menyingsikan teori-teori alam pada umumnya.

kepemilikanmu akan semesta pengetahuan berjaya meluluhkan kesombongan diriku terhadap ilmu yang 'ku agungkan tiada tara. serapan-serapan empiris yang tak terbantahkan oleh manusia manapun dalam lingkaran kehidupanku disudutkan begitu saja olehmu. lagi-lagi kamu membuatku kembali berpikir dan berbincang.. kembali membenamkan keseluruhan benakku dalam kekaguman akan tingkap-tingkap pendapatmu yang tak-berkesudahan.

dengan kesadaran sempurnakah kamu lakukan ini atas aku? sesadar itukah, bahwa kesegala pemikiran, tindak dan perilakumu dapat mencengkram hebat hatiku tanpa ampun? hey kamu, sadarkah akan itu?!!

sungguh aku tidak jatuh cinta terhadapmu! tidak sama sekali!!

Wednesday, December 1, 2010

lukanya lukaku


terima kasih telah mengakhirinya dengan baik.. sungguh sakit yang menyenangkan, tiada lagi kata terucap dari mata yang biasa bicara. pergi saja ia dari sudut kesetiaannya yang biasa dikunjunginya. lelah mungkin setelah sekian lamanya setia, bosan mungkin menjadi manusia yang tak pernah dipercaya bahwa dirinya setia. keteguhan hatinya kali ini tidak dapat dinegosiasikan lagi. apa yang telah diputuskan akan tetap seperti itu. ia benamkan dirinya untuk tidak melihat kepedihan yang tertinggal di sudut hatinya. ia tepis segala rasa iba dan sayang yang biasanya ada. bahkan ia terus berjalan tanpa sedetikpun menoleh kepada rasa yang tertinggal. ia pergi menyelamatkan hidupnya yang terluka. luka yang sama seperti yang aku rasa..

ya, ia pergi meninggalkan aku.


*pic taken from google