Saturday, December 25, 2010

benteng penjaga

Maaf bila aku tak memperhatikan sekitar, sungguh aku sedang sangat sibuk membongkar batu-batu penyusun benteng hati. Hanya aku yang dapat memasuki benteng itu dan tiada orang lain yang dapat menjejalkan diri kedalamnya. Aku membangunnya dengan kesungguhan tanpa batas. Meletakan hatiku satu-satunya didalamnya, memastikan bahwa tiada manusia lain dapat melukainya.

Saat itu aku menyusun batu-batu besar yang tahan akan perubahan cuaca, iklim bahkan waktu. Membiarkan benteng itu tak berpintu, tak berjendela bahkan tanpa ventilasi. Mendirikannya seorang diri sembari dilingkupi peluh, keluh dan rapuh. Setelahnya sang benteng tegak berdiri pada detik itu juga aku letakkan sang hati yang telah meranggas di rongga dadaku, meletakkannya tepat di pusat benteng dan kemudian aku tinggalkan ia berdiam di sana.

Kini aku kembali kedalamnya, membongkar susunan batu penjaga untuk membiarkan hati ini kembali berasa. Keyakinan akan rasa yang tak mampu dijabarkan, diikuti keyakinan terhadap rasa takut akan terjangkit luka yang sama, atau bahkan lebih perih dari yang sudah-sudah.

Namun kali ini, tetap saja aku beranikan jiwa untuk membongkar benteng itu dan memasang sang hati kembali pada rongga dada, mengutuhkan wujudku sebagai manusia. Batu-batu penyusun aku letakkan dengan bersahaja di sekitar bekas bentukan bentengku. Hanya untuk membumbung kepercayaanku bahwa bila hati itu kembali terluka, batu-batu penyusun benteng itu telah siap untuk kembali disusun, tanpa aku harus bersusah payah mencarinya ke penjuru planet bumi lagi seperti hari lalu.

Sang hati sungguh telah terjaga pada rongga dada, dengan lapang akan merasa, dengan kesadaran penuh akan tertawa. Sedang benteng itu.. Benteng itu akan aku dirikan kembali suatu saat nanti.. Dengan hatiku yang kembali termenung didalamnya, lengkap dengan hatimu yang terus menjaganya.



Inspired by you! Yeapp,, you again.

2 comments:

  1. kata mereka, benteng adalah lambang keangkuhan. kata kami, mereka tidak pernah diserang besar-besaran sampai tak tersisa. kata dia, hancurlah bersamaku.

    ReplyDelete