Thursday, December 9, 2010

terasing

selamatkan aku dalam kekakuan ini. hempaskan aku pada semburat pelangi yang menipis ketika matari kembali meredup.. jejalkan aku pada maraknya perayaan revolusi terselip anarkisme atas nama kerakyatan atau setidaknya hujani aku dengan seruan-seruan meriam pada upacara pemakaman.. biarkan aku mencecap nelangsa dimanapun selama tidak di ruang ini.. diamnya menusuk hingga perikatan persendian.. dingin,, hampa.

ia tak serupa itu pada hari lalu, sungguh.. aku mengenalnya dengan sangat di waktu kemarin. kini aku menghadapinya sepanjang detik namun seasing manusia baru yang bertengger di sudut kebangsawanannya. mengerikan..

kami bersama karena pengabdian, kami bersama karena persamaan nasib.. serupa manusia-manusia pembentuk bangsa yang berjuang dalam peperangan mempertahankan wilayah yang terjajah oleh kaum kolonial, ya.. kami bersama saat itu. jangan tanya untuk satuan waktu kini, kami tak ayal serupa dua orang asing dalam kendaraan penghantar ke neraka. diam,, terdiam.

bila aku diperijinkan melakukan sesuatu, aku hanya ingin menghardiknya dengan keseluruahan energi yang ku miliki.. memekikkan hamparan kata penjelasan akan sebuah perjuangan mengenai pengabdian. aku terlunta pada hari lalu.. terombang-ambing dalam pengabdian ini, namun aku tiada tak berjuang melawan sang nasib. dan maaf, sedangkan kamu.. terbahak saja pada keagunganmu itu, lupa bahwa kita sama terlunta. bergeming dalam jubah kemeriahan yang menyilaukan mataku, kesenanganmu menyesakkanku, mengusik relung dengkiku tiada terkira.

saat ini, jangan tunjuk aku telah meninggalkanmu.. lihat kembali ke belakang, tanggalkan kesombonganmu sejenak.. lepaskan tahta keangkuhanmu yang kamu genggam seerat kohesi raksa. koyakkan kemalasanmu dan bangkit dari keterpurukanmu.. jangan salahkan aku dalam diammu..

kamu tahu, diammu atasku adalah kesia-siaan!


*inspired by the awkwardness between me and officemate next to me

No comments:

Post a Comment