Thursday, September 22, 2011

membiru

dalam kecamuk kelam dan kisruhnya ruang fana aku terjerembab dalam segenggam ketenangan. ketika duniaku dipenuhi roda waktu yang berpacu dalam liku, menukik tajam dalam pembuluh siang dan menggelayut hebat dalam gelapnya malam, ternyata tanpa sadarku ada sejumput keriaan yang tak terujarkan. ia tak semewah secangkir kopi, tak sesemarak taburan bintang pada langit, hanya sebuah petaka biru dalam padatnya detik yang melaju, terselip manis dalam sebuah percakapan. meronakan sebutir senyum dalam peliknya rutinitas, sungguh hanya untuk berbagi dan bernyanyi.

kisahnya mengadiksiku tanpa sebab, dendamnya menyayatkan arti persahabatan, keduanya terproyeksi sebagai sebuah kekaguman untuknya. pengetahuannya akan kesalahan dan keangkuhan mengetarkan sisi kemanusiaaku. membangkitkan emosi tanpa erosi, membuatku lekas-lekas mengerenyitkan dahi dan membakar batang berikutnya dari kotak hijau-hitam. mendebatnya dengan singit dengan segala pengetahuan hidupku, menegaskan kelugasan yang 'ku miliki tanpa cadar yang harus 'ku kenakan.

atas kerumitan argumentasi, lagi-lagi dirinya berjaya akan aku. mengemasnya dalam tawa yang adiktif, sungguh sebuah kekalahan yang aku alami berulang kali yang dengan cerdasnya dikemas tanpa kesenjangan. serupa rajaman nikotin yang berharu-biru dalam ikatan-ikatan hemoglobin, menyesakkan dan mencanduinya dalam satu satuan waktu yang sama.

dengar.. jangan mengurangi jarak yang ada, tetaplah pada lingkupmu dan aku akan bertahan dalam rentang ini. sungguh jangan mendekat, jangan biarkan aku tercekat pada pesonamu dan acuhkan saja aku dalam kebiruanku ini. setidaknya ini upaya terakhirku untuk menyusun kembali tingkap-tingkap keselamatan hatiku yang lama rapuh.

No comments:

Post a Comment