Thursday, November 3, 2011

aku dan hujan



aku terpaku di sini, dalam rapatnya kesesakkan jakarta, ditemani genderang klakson yang meronta memekakan telinga. menerawang menembus jendela yang basah penanda penghujan telah menyapa bulan ini, menyempurnakan pikuk jakarta raya dengan kepadatan lalu lintasnya di jumat malam ini.

pada detik berikutnya aku memutuskan untuk menghentikan laju argo burung biru ini, menghamburkan diri dalam sisa gemericik hujan. melangkah memilih jejak yang tak tergenang, berkutat dalam hirup pikiran yang hilir mudik membuncah pada gurat dahi. aku putuskan untuk menghirup kotornya polusi jakarta ini, berharap ia akan mengotori alam pikirku yang terlampau keruh. dengan niat teguh aku biarkan diriku terguyur gerimis sekadar hanya untuk melunturkan isi kepalaku yang penuh akan dirimu...

aku yang melangkah gamang dalam alur kisah yang terjal, menyala dan merona pada hari kerja, lalu kamu matikan pada akhir minggu. aku yang kamu biarkan terbang tinggi meski dengan syarat yang tak terbantahkan yang kamu usulkan. aku yang menjajal hati dengan hati, meski dengan kesadaran penuh kamu sungguh tanpa hati.

gontai aku teruskan langkahku dalam jarak pandang yang buram. hujan membahana, melumatkan tiap jengkal keringnya tubuh ini. sekeras apapun sang hujan ini berusaha, tak satupun keping pikirku terlepaskan bersama sang hujan.. bagian-bagian ini masih tertata dengan baik memenuhi cerebelum dan cerebum. semua tentangmu masih meraja dalam alam khayal dan nyataku. pula masih aku nikmati keberadaan dalam ketiadaanmu sesuai hari dalam samsiah.

ya, setidaknya sang hujan kini berhasil menutupi luapan air mataku yang tak terbendung lagi sejak tadi.


*pict taken from http://www.flickr.com/photos/zi-sky/4295120976/

No comments:

Post a Comment