dia bertahan di hadapanku sembari berbisik...
"kemarin aku hanya membantu temanku untuk skripsinya dan marahmu tak reda sampai hitungan hari penghukuman. ingat bagaimana aku harus selalu mengalah ketika tiba-tiba anakmu sakit atau suamimu terpapar kumparan rindu? siapa yang prioritas siapa sesungguhnya?" "ironis"
ya, ironinya bersisian dengan cintaku pada jiwanya yang sempurna adam, namun terperangkap dalam format yang sama: perempuan.
No comments:
Post a Comment