Tuesday, June 23, 2009

cinta sampai di sini

tiada seorangpun yang mengajarkan aku bahwa cinta bisa berakhir.. pikirku semuanya akan abadi selama itu atas nama cinta.. tapi, ternyata cinta juga dapat berhenti.. bisa selesai. "cinta sampai di sini" kata seorang teman kepadaku.. kala itu ia sedang sedikit meluapkan isi hatinya, maklumlah aku satu dari sekian banyak temannya yang selalu ada untuknya, pengecualiannya dalam kali ini adalah semua sedang sibuk dengan pasangan, sedangkan aku tidak. "usaha gw harus selesai sampe di sini ne, semua harus berakhir.. ya cinta sampai di sini ne.. gak akan lebih" lanjutnya dengan nada yang sesungguhnya aku ragu hanya sebuah penekanan kepada diri sendiri atau memang sudah sebulat itu keputusannya..

ia dan dia, ya sebut saja "dia" sebagai pengganti nama pasangannya, mereka sempurna. setidaknya di mataku mereka sempurna, tanpa perbedaan agama yang sering jadi masalah, tanpa pertengkaran hebat yang banyak ku temukan pada pasangan lain, tanpa drama yang berlebihan, hanya sebuah hubungan yang praktis dan ringkas. tapi mengapa ia datang dan berkata bahwa "cinta itu hanya sampai di sini" mengapa tak diperjuangkan? mengapa harus menyerah? jelas aku tidak dapat mendukung keputusannya jika alasannya hanya berdasarkan "chemistry", bahkan seluruh dunia juga mengetahuinya bahwa sesuatu yang disebut "chemistry" itu bisa datang dan pergi dalam satu kejapan mata.. "bukan soal itu, ne" itu jawabnya kepadaku ketika aku memberondongnya dengan konsep "chemistry", dan aku terdiam.. berlama-lama menyepi baru aku dapat bertanya, "terus soal apa? kenapa harus selesai? siapa yang salah? kenapa? sayang banget tau.. susah deh pasti cari gantinya"

senyuman tipis terbentuk di bibirnya yang lalu berkata "ini bukan salah siapa atau siapa yang salah, dene.. ini soal hati." "aahh.. kayak gw ga pernah ngerasa sakit hati aja kesannya, gw tau masalah hati kok.. cuma buat kasus lo, ini bener-bener gak masuk akal tau! mao cari yang kayak apa lagi coba? kalo yang dapet berikutnya beda agama, jadi malah susah kan? kenapa juga ga dipertahanin?" semburku seketika itu juga. "hmm pernah ngerasa gak ne, tiba-tiba semuanya jadi gak cocok karena ga ada yang beda? karena semua sama, karena semua iya?" lanjutnya sambil menyalakan rokok yang entah sudah pada batang ke berapa itu. aku hanya mengerenyitkan dahi sambil menatapnya meminta penjelasan dilanjutkan. "iya ne, semua sama.. percaya deh sama gw, kita manusia butuh perbedaan, butuh fluktuasi, simplenya.. butuh berantem atau adu argumentasi, bukan cuma diem dan iya aja."

"hayaaahhh.. apa lagi si ini? teori apa lagi ini? tau ga lo orang tuh dimana-mana cari damai bukan malah doyan berantem, cape tau berantem mulu." aku yakin reaksiku tidak berlebihan kali ini karena pada umumnya setiap aku mendengar luapan kisah hati dari temanku, itu pasti berasal dari sebuah pertengkaran, mereka lelah bertengkar.. tapi yang satu ini, ia malah lelah tidak bertengkar. "ne, percaya deh cinta emang rumit. cinta yang ga rumit tuh ya kayak kita-kita ini, teman dan pertemanan," ujarnya sembari menghisap dalam-dalam rokok yang sudah mendekati filternya.. "buang dulu tu rokok, bakar aja lagi.. nyari penyakit aja lo ngerokok makin deket ke filter," sentakku. lalu kemudian sepi lagi untuk beberapa saat, di pojok kanan terdengar gemerutuk paruh kakatua yang tertidur pulas di sangkarnya.

malam ini sedikit lebih cerah dari biasanya, tapi seperti biasa pula malam ini tanpa angin bertiup. sisa-sisa rokok sudah mulai memenuhi halaman kebun, dan perbincangan hati ini belum juga selesai, aku tetap mencari jawaban yang masuk akal yang harus diberikannya padaku. "kenapa jadinya cinta bisa berhenti?" tanyaku dengan nada lebih tinggi.. "ne, semuanya udah kelamaan aja, semuanya udah ga bisa bertahan.. udah aja gini, boleh ga si kalo ngomong ma lo ya ngomong aja.. tanpa perlu alasan yang masuk akal? tanpa perlu berlogika?" kali ini ia memberondongnya dalam satu satuan nafas. "soalnya ne, cinta itu sendiri ga perlu masuk akal, ga perlu beralasan. percaya ama gw, cinta itu akan abadi kalo kita udah ketemu ama seseorang yang bisa kita ajak ngobrol dari pagi sampe pagi lagi, bukan cuma iya-iya doang.. bukan nurut-nurut aja.. bukan juga cuma karena fisik.." detik ini ia sibuk menghembuskan asap rokok keluar dari hidung dan mulutnya, kemudian melanjutkan "kalo cuma gara-gara fisik, sepuluh atau lima belas taun lagi juga udah penyok, udah keriput.. terus?? udah deh selesai juga cintanya.." "dan karena itu juga ne, cinta gw ke dia harus kelar sampe sini.. karena gw ga bisa ngobrol lama-lama ama dia, karena selalu iya-nya dia itu yang ngebuat gw berhenti berusaha."

di ujung sana bunyi masjid sudah berkumandang, membangunkan dan mengingatkan ummatnya untuk bangun dan memuja Tuhannya.. "gilak kalii!! udah pagi nyet, ga berasa gilak!" kataku panik karena hari ini bukan hari sabtu atau minggu.. "hahaha.. iya ga berasa ya, ne?"


(posted at facebook 22062009)

No comments:

Post a Comment