Monday, December 12, 2011

perjuangan?


Siang ini terik luar biasa, sesi foto pre-wedding yang aku amini ini baru saja menyentuh titik diistirahatkan karena matari terlampau jumawa di atas sana. Sedang ceria rupanya akan hariku sehingga begitu bersemangat memancarkan sinarnya nan terik.

Teh botol dingin dan Black Menthol ini membawaku pada beberapa masa lalu ketika seorang temanku tanpa syarat menjabarkan kisahnya..

Kami dapat duduk berlama-lama pada hari lalu karena persamaan nasib. Mencintai cinta yang sama-sama telah memiliki cinta sebelumnya. Tapi ini betul cinta, dan tak terbagi oleh siapapun, meski disisi sana cintanya terbagi antara dia dengan kaum sejenisnya yang kebetulan lebih dahulu bersama laki-laki itu.

Kisah mereka tak dapat disimpulkan dengan mulus, terlalu banyak kelumit didalamnya. Pre-wed yang lengang dan kisah tersembunyi dari khalayak terus mereka susuri bersama. Mereka tak hanya menyantapi kerikil tajam dalam cinta, mereka meratapi batu besar hasil muntahan merapi yang mengamuk. Sang pria terikat dalam hubungan serius yang direstui kedua orang tuanya. Pula berencana menikah tahun berikutnya.

Mungkin ini hanya sebuah bentuk perjuangan akan cinta, menorehkan pengabadian dalam lembaran buku kehidupan. Temanku ini berjuang keras dalam mempertahankannya. Semata ia percaya sungguh cinta mereka sejati adanya. Menghalalkan jutaan cara untuk tetap bersamanya dalam suka dan sedih, dalam untung dan malang.

Nuraniku terusik di awal perencanaan temanku ini, mengejar moment katanya. Mempercepat pernikahan tanpa restu sebelum pernikahan yang direstui itu terselenggara. Mengabdi pada cinta yang dipercayakan oleh sang khalik untuknya, untuk mereka berdua.

Tepat siang ini mereka melegalisasikan kisah mereka, setelah perjuangan dan pengorbanan yang panjang dalam segenap kerahasian di muka umum. Ya, mereka melegalisasikannya.. menyeberangi selat malaka. Aku sebut perjuangannya membuahkan hasil, cinta mereka tetap berjaya meski bongkahan batu besar itu belum terlewati. Pula pernikahan berikutnya tetap harus dihadapi. Semoga ia, cinta dan rencananya sejalan dengan rencana ilahi. Semoga... Sementara aku berada disini, dalam peran sebagai fotografer untuk pre-wedding yang lain.

"Ne, yuk, mulai lagi, udah jam 3 nih" suara laki-laki calon mempelai itu memecahkan lamunan panjangku.

Sesi sore kembali dimulai, kembali aku mengintip dari lubang kamera, menghasilkan beberapa frame lainnya.. Tersenyum melihat kedua anak manusia ini mengikuti arahanku.

Sungguh, kesalahanku kali ini adalah berada disini, memeluk erat Alpha 200. Menyetujui sesi pengabadian cinta dua insan ini, karena sang calon mempelai laki-laki ini yang mengiba padaku kemarin malam.

Maaf, aku gagal memperjuangkan kita, darl.. Pintamu semalam telah aku penuhi kini. Tanpa gugatan, aku menjalankan peranku dalam pengabdian cintaku atasmu. Meski dalam relung ini jiwa menjerit meronta "seharusnya aku yang ada dalam tiap frame ini bersamamu, darl.."

No comments:

Post a Comment