Thursday, April 19, 2012

gelap

katamu menciderai aku. dalam usik jiwamu lontaran katamu itu sempurna melukaiku. tepat seperti sempurnanya sang nyaman yang selama ini hadir tanpa kusuk. meruntuhkan mimpi utopis milikku sendiri. merobohkan rangkaian tawa dalam sebuah kata. meleburkannya bersama asap yang berhambur di udara. ruang ini mungkin maksiat. jiwa ini mungkin sakit semenjak muasal. tak heran kau lantas berjarak, pergi menjauh dari rengkuh.

mati sudah lampu-lampu temaram yang kadang menyilaukan dalam nyamannya ruang ini. mereka biasa menari lincah dalam keceriaan yang tak terbendung. dan kini, bahkan tak menyisakan setitik sembulan cahayapun pada sudut. gelap, pekat. nyala korek api inipun terbenam dalam gulita. kalah dalam sebongkah kesunyian.

ruang ternyaman yang pernah melengkapiku seketika menjadi neraka di bumi yang tak ingin aku tinggali. dan kamu bergeming saja di ambang pintu tanpa hasrat untuk meraih. permintaan ini sudah percuma rupanya. argumentasi ini sudah sia-sia rupanya. matamu sudah terlalu dingin dan aku.. aku jijik dengan keberadaanku pada ruang ini! nista!!

terima kasih telah mematikan semua lampu dan menyerap seluruh cahaya.
terima kasih untuk menutup semua pintu.
terima kasih atas tatapan dingin itu. ia sungguh meluluhkan asa dan benar terpatri sempurna tiap aku memejamkan bilah mata. terima kasih.

No comments:

Post a Comment