Sunday, April 8, 2012

perasa(an)

"Kalo kamu punya perasaan, kamu gak akan ngomong gitu."

Kalimat itu menyambar rusuk sampai ke lubuk. Mengerutkan dahiku tanpa makna, mengerenyitkan amarah yang menyalak-nyalak sejak semalam. Dalam detik setelahnya, seketika oksigen menjadi barang langka yang nyaris punah di tempat ini. Ini, detik dimana aku merasa sangat berperasaan, penuh menyeruak sampai aliran darah malah ditudingkan tak berperasaan? Kejahatan apa yang telah aku perbuat?

Aku perintahkan seluruh detektif dan penyidik yang berdiam dalam tubuh ini mencari delik pidana yang dituduhkan itu. Sementara tangan ini kembali menyusuri kalimat-kalimat di atas, menyediakan mata yang membelalak mencari kesalahan. Menegatifkan seluruh rangkaian kata dan kosa kata, sepertinya tak ada makna terselubung dalam tiap huruf ini. Kriminalitas tertinggi yang harus dibumihanguskan jika itu memang terbukti. Aku mencari bersama para penyidik dan detektif. Menghilangkan tameng dan benteng pertahanan, membiarkan diri kalah dan salah. Tanpa sangkal secuilpun, tersangka ini menyerahkan diri, menjadikan dirinya terdakwa dan kemudian terpidana.

Sementara para detektif dan penyidik itu akan terbahak, menyeringai mendapatiku dalam keadaan ini. Atau malah mereka akan menangis dan tercengang sebab melihatku ditelanjangi oleh salah? Ekstrimitas yang nyata, pengakuan akan perasaan yang tak pernah menyembul sedetikpun. Seketika dirobohkan oleh kalimatmu tadi, tepat ketika aku merasa sangat amat menggunakan perasaan.

":)"

Lambang multi-intepretasi lagi yang menjelaskan. Tak perlu, kalimat tadi sudah terpatri, dipertegas dengan simbolmu yang sungguh permanen serupa tato suku dayak dan mentawai. Misil maaf sudah aku lontarkan pada satu kota, dan segalanya hanya bergeming di sana, tak tersentuh. Porak poranda sudah seranganku kali ini. Merapikan pasukan yang sudah tak bernyawa. Hanya sisa-sisa jasad dirundung roh gentayangan meratapi sang jasad. Percuma. Sia-sia.

Gerilyawan ini sudah mati ditelan senyum dan kalimatmu. Tolong torehkan kata maaf pada nisannya, semoga dimaafkan dan dilupakan salahnya oleh kamu. Sebab ia bukan sang empunya hak untuk menghapuskan kalimatmu yang terucap.

"Maaf"

No comments:

Post a Comment