Sunday, May 20, 2012

Pluto

Ia hanya ingin sama dengan planet lain. Berpusat pada matahari dan setia berotasi padanya. Mungkin ia aneh, tidak wajar karena meski sama sumbu tapi garis rotasinya janggal dari planet lainnya. Menanggung risiko lebih banyak oleh karena tumburan dan singgungan dengan planet lainnya lebih dimungkinkan.

Ia memang tak semenawan bumi yang biru. Tidak membakar semangat seperti merahnya mars. Bukan bintang kejora yang indah semacam venus. Jauh dari gemerlapnya saturnus yang bertahtakan cincin. Tak pernah seakrab merkurius yang selalu lekat dengan sang matari. Terlampau jauh dan gelap, ia setia berpusat dan terus mengorbit pada matahari meski hanya mengintip.

Statusnya tak jelas. Kadang disebut planet kadang hanya ditahbiskan sebagai benda langit yang tak bertuan. Minor! Namun sungguh ia setia. Terus saja memuja sang matari sebagai pusat kehidupannya. 

Ia tak pernah mendekat. Jarak nyamannya tetap terjaga dalam satuan milyar juta tahun cahaya. Langkahnya tetap tertata sehingga gesekan pun tak pernah dirasa oleh planet lain yang lebih dekat dengan sang pusat. 

Kehadirannya tak dirasa, sebab ada atau tidakpun dirinya, sungguh tak akan mengubah jenjang semesta. Namun sungguh, ia lebih intim dengan sang pusat daripada keberadaan neptunus yang diakui. Jaraknya yang semu memperlihatkan kedekatan yang berteriak dalam diam dan tanpa deklarasi. Lalu salahkah ia memuja matari?

Betapapun janggalnya, seasing apapun dirinya, walau tanpa sebuah status keplanetan pada jagad raya, ia tetap nyata. Ia tak butuh pengakuan, sungguh, ia hanya lelah disangkal. Ia benar ada, ia Pluto, si Aquarius yang Minor.

1 comment:

  1. jatuh cinta sama tulisan ini...

    "Ia tak butuh pengakuan, sungguh, ia hanya lelah disangkal."

    itu seperti tidak benar belum tentu salah; banyak orang kerap selalu mencari dualisme, padahal hidup terlalu kaya untuk dibagi dua saja

    ReplyDelete