Tuesday, January 25, 2011

kekejamanmu


semerbaknya dapat aku kecap walau jaraknya sejauh fatamorgana di hamparan gurun pasir yang renta. jiwaku masih menikmati hadirnya dalam tahapan ini. walau kerusuhan di sana-sini kadang menghujam kejam dan kekawatiran menyeruak dalam waktu-waktu tak terduga. terus saja aku bertahan dalam terpaan hawa panas gurun yang kian lama kian menyerap cairan tubuh. sejajar dengan perolehan dehidrasi pada asaku, menyesakkan.. sungguh menyesakkan.

jejak tapakku tak lagi serupa, demikian cepat menghilang disapu angin pembawa butiran pasir. bahkan aku tak kuasa mengingat bentukan jejakku satu langkah yang lalu. tak pantas rasanya menoleh ke belakang, sama tak pantasnya untuk memikirkan sebentuk pijakan kakiku pada satu langkah berikutnya. aku hanya dibolehkan menelaah sejenak sisa pijakan ini untuk kemudian meninggalkannya tanpa terdeskripsikan, tanpa sempat menggelayut di bawah sadar.

dengan hamparan pasir hampa ini, sungguh aku tak memiliki masa lalu, pula tiada harap akan masa depan. gurun ini hanya menerpakan angin nan panas pemecah kulit, memberiku banyak matahari tanpa aku pinta dan dengan setia menyediakan kefatamorganaan di pelupuk mataku.

sungguh peradangan luar biasa atas hati dalam perjalananku kali ini. gurun ini menawarkan dirinya dengan lapang, jujur di setiap keberadaannya. kerasnya hawa yang mencekik di siangnya berbanding terbalik dengan amplitudo suhunya di malam hari. dua wajah yang sama sekali tiada aku pahami, asing.. masih tetap asing untuk penggalan hatiku. sementara ia hanya ingin aku tetap berada dalamnya, menorehkan seluruh energi positif yang telah lama sirna pada dirinya. menyerapnya dari hatiku tanpa menampikkan egonya yang tiada peduli akan sisi negatifku dan segenap kekawatiran hatiku.

gurun ini dan kesempurnaan alamnya mengajarkan aku untuk mengeraskan hati. menyingkirkan naifku akan mimpi-mimpi kasih sejati, kembali membuatku tidak memiliki masa lalu dan masa depan.. ia mendidikku akan hari ini saja, kebaruan akan dirinya pada setiap harinya selalu mencengangkan aku,, menjauhkan aku akan kenangan terhadapnya pada hari kemarin dan menyadarkan aku untuk tidak banyak berharap padanya untuk esok.

dengan senyum ini terus saja aku ingkari kelelahanku, menelusuri teriknya pasir yang tiada berkesudahan. keluahanku akan menjadi kesia-siaan, ia bahkan tak dianugerahi indera pendengaran demikian pula dengan hati. gurun ini telah meletakkan hatinya jauh pada hari lalu hingga ia tiada merasa apapun terhadap kecemasanku. kerasnya alam yang meliputinya telah mengikis kelembutannya, menyisakan ketidakpedulian akan penyiksaannya akan hatiku, sadar ataupun tidak, ia sungguh menyakitiku dengan sangat.

dan aku, aku tak ingin beranjak daripadanya. aku akan bertahan dalam terpaan kekejaman badainya dengan sisa hati yang bersemayam dalam relungku. dengan sejumput asa agar hatiku dapat ditukar dengan hatinya hingga ia kembali berasa, tidak untukku.. tapi untuk pasangan jiwanya.

lalu aku? bahkan gurun ini tidak pernah peduli akan kesedihanku..

No comments:

Post a Comment