Wednesday, January 18, 2012

terkalahkan

"siapa kamu!! beraninya datang tanpa permisi!" jeritku untuk kesekian kalinya.

sungguh aku marah, sungguh aku jengkel! manusia ini datang begitu saja dan meluluh-lantakkan rutinitasku. menghancurkan ritme hidupku yang telah aku susun dengan sempurna. mengobrak-abrik lapis demi lapis relung yang telah aku mampatkan dengan pondasi terdalam yang ada di planet bumi.

hadir saja dia dalam diam. menyusup dalam polah tingkah yang biasa. memendarkan cahaya temaram tanpa asa yang menyilaukan mata. hadir saja dia dalam sebentuk kata sederhana. menyesapkan aroma wangi yang tidak biasa. membiuskan kepedulian tanpa kata. menaburkan kerlip nurani tanpa dusta. hadir saja dia tanpa notifikasi. menyeruakkan nyaman yang telah lama bungkam. menghentikan rotasi hidupku. berhenti dan tak ingin bergerak.

lalu kemarahanku membuncah. aku telah menyelamatkan diriku sendiri dengan kesunyian. berkawan karib pada kesepian. memutilasi segala harap yang sempat terlintas hanya karena memang aku tidak pantas berharap. aku yang terlampau nyaman dipelukan sang malam. seketika beroleh pagi dalam keindahan rekahannya yang sederhana. memukauku pada sebuah ketulusan. lalu aku marah karenanya hanya karena sungguh aku tidak pantas mengecap tulusnya.

siapa manusia ini? apa maksud sang khalik akan kesemuanya ini? kemarahan ini sungguh tak berkesudahan. jutaan caci dan rentetan maki telah aku siapkan dengan kesadaran penuh. menunggunya di sini untuk menyesahnya dengan untaian kalimat kepahitan. getir ini harus ia terima. pekik umpatan ini wajib ia rasakan sampai ke dalam darahnya. menyakitinya sampai ke sumsum tulang. merasukinya sampai ke rusuk. ia harus merasakan tiap jengkal pedihku. ia harus terserabut sampai tuntas tak tersisa. ia harus tersiksa sejajar dengan jeratnya padaku. ia layak menanggung segala derita yang aku panggul tanpa sebab! harus!

kemudian ia datang. menghadapiku lagi-lagi dalam diamnya, dalam tenangnya. menelisikku dengan tatapnya yang teduh merengkuh kalbu. menghentikan datarnya putaran rutinitas hidupku lagi. memutarbalikkan kemarahanku dalam sekejap dengan murninya afeksi. adiksinya melebihi syahdunya cannabis.

"kamu apain sih aku!!" ujarku dengan tetap berupaya mengumpulkan sisa sang marah yang telah kandas karena hadirnya.
senyum tulusnya sebagai jawab menghadirkan kasih putih yang tanpa syarat.

dia pasti malaikat... bisikku pada sang nurani.

No comments:

Post a Comment