Monday, June 14, 2010

belenggu

Jangan ganggu saya mulai hari ini, tidak kamu dan tidak pula orang lain. Biarkan saya sendiri saja di sini, di sudut ruang hati yang koyak. Biarkan saya berjibaku dengan buramnya asa yang tiada akan pernah menjadi sedikit temaram. Kini semburat cahayanya semakin menipis dan sungguh saya hanya dapat rasakan sayatan demi sayatan yang terserabut oleh waktu.

Saya mohon tinggalkan saya di pojok kekalahan saya akan diri sendiri, jangan dengarkan rintihan yang memekik tajam seakan dapat membelah kenisah, jangan acuhkan peluh yang mengaliri pelipis dan tubuh yang bergetar hebat tanpa terkendali. Jangan pedulikan genangan air mata yang tak kenal henti meratap, jangan pula hiraukan lebam-lebam yang saya lukis pada selimut hati ini. Dan saya mohon jangan bantu saya untuk bangkit karena saya hanya ingin berdiam dalam wilayah ini, meresapi setiap torehan luka sembari memercikinya dengan cuka dan air garam.

Sesah ini melumpuhkan saya, mewafatkan keseluruhan indera dan menyisakan belenggu muram pada hati yang mulai lapuk. Akhir kisah ini mematahkan pucuk-pucuk jiwa kasih yang semulanya menggeliat dan menggoreskan kegetiran abadi pada sang hati.

No comments:

Post a Comment