Tuesday, June 29, 2010

seteru

aku selalu suka belati ini, ayahku yang memberikannya beberapa tahun lalu. sempat aku mengamuk karena terlupa aku letakan dimana dia. hilang dalam beberapa tahun dan sempat terlupakan, sampai akhirnya tanpa niat mencari malah ia 'ku temukan.

sungguh aku jaga belati ini lebih dari sebelumnya, aku asah di siang dan aku letakan dalam sangkar keagungan di malam. aku bungkus dengan kemuliaan walau matanya sudah banyak gurat dimana-mana. bahkan pada sisi kanan ada celah kecil akibat alam dan perubahan cuaca, tapi itu membuatnya semakin menawan. ia aku temani kemanapun aku melangkah.

hari lalu aku lupa mengenakannya sang bungkus kemuliaan, untuk melindunginya aku genggam erat ia di telapak. cecair merah menandai langkahku, menuntun seteru menguntitku. aku cengkram belatiku makin kuat, sadar akan jejak yang tertinggal, aku himpitkan telapak pada saku, setidaknya bercaknya akan jarang menjejak, hanya sesekali sehingga seteru kehilangan arah.

sayatan ini semakin mendalam, kuyup sudah saku ini dan masih pula aku bertahan melindungi belati kesayangan. pada tepi danau aku berhenti. melepaskan jemari dari saku yang kuyup, perlahan membuka telapak. semilir angin semakin menegaskan pedihnya telapak yang koyak. belatiku agung berkilau tanpa cela dan aku terluka parah. perih ini menyadarkanku, seteru itu tak pernah menguntitku selama ini. seteru itu terlampir pada diriku, belati itu seteru.

bukan aku tidak bisa melepaskannya dan membiarkan aku pulih, aku bisa.. hanya saja aku belum ingin.

No comments:

Post a Comment