Thursday, June 10, 2010

ruang rasa

seorang VP HRD yang mewawancarai aku kemudian tertegun, menelaah lebih dalam caraku bersikap dihadapannya, terdiam dia dan kemudian berujar untuk dirinya sendiri "oh, jadi kamu itu gak pernah takut sama apapun karena kamu pernah ngalamin kehilangan yang luar biasa rupanya."

aku tersenyum bingung saat itu, lebih kepada tidak mengerti akan intisari dari deretan kata-katanya yang baru saja dilontarkannya kepadaku. dengan sedikit kecut aku bertanya, "maksud ibu apa ya?" yang kemudian ia memberondongku dengan penjabaran seorang VP HRD yang telah berpengalaman mewawancari ratusan orang dalam kurun waktu dua puluh tahun dia berkiprah.

hanya satu yang aku dapat telaah, menurut ibu VP HRD ini aku tidak punya rasa takut akan apapun di dunia ini, termasuk untuk masalah pekerjaan, hati-cinta dan menghadapi orang baru yang entah setinggi apapun jabatannya, semua adalah mudah untuk aku. dan aku hanya dapat tersenyum mengerenyit dihadapannya. muasal dari hilangnya rasa takut itu menurutnya disebabkan oleh kehilanganku akan peran dan sosok ayah yang seharusnya bila hilangpun karena dipanggil kembali oleh Yang Kuasa, namun pada perkaraku tidak demikian.

bahkan aku sudah lupa aku merasa kehilangan.. terlupakan dan sengaja aku lupakan. sebab jika masih juga diingat, kebencian itu akan menggerogotiku dari dalam. ahh, tak heran ibu ini menjabat VP HRD, ia dapat melihat apa yang menurutku telah aku kubur dalam-dalam tanpa bekas. ternyata tetap juga tampak goresannya pada pilihan kata-kataku saat wawancara tadi.

kesimpulan VP HRD tentang aku tadi tidak membenamkanku sedikitpun. sambil melangkahkan kaki kembali pulang aku ulangi kecamanku dalam benak, "entah dimanapun kamu berada, ayah.. keseluruhan diriku yang telah nyata ini tetap 'ku bebankan padamu. jangan pernah kembali, ayah, karena kehadiranmu tak lain hanya menjadi sesah bagiku."

No comments:

Post a Comment