Thursday, July 8, 2010

perang

pada akhirnya ia kembali kepadaku dan aku menyambutnya dengan senyum dan pelukan hangat yang menurutku benar ia butuhkan kali ini. ia hadir kembali di hadapku, tidak dengan keriaan ketika ia meninggalkanku, tetapi dengan paras lunglai dan mata sembab akibat banyak air mata yang ditumpahkan daripadanya. dalam dekapku, air mata itu berlomba keluar tanpa kendali.

kembali dalam keadaan porak poranda, perang telah usai untuknya dan menyisakan carut marut pada fisik dan psikisnya. binar keriaan pada kedua matanya yang melekat erat dalam rekaman ingatanku pada saat ia pergi dariku, sirna tergantikan legam hitam yang kian meredupkan cahaya matanya pada mula-mula. entah perang serupa apa yang telah ia hadapi, entah untuk membela dan memperjuangkan apa yang dapat membuatnya tenggelam dalam perang itu. yang aku pahami, ia menyatakan perang dan terlebur didalamnya oleh sebab kesadarannya sendiri, tanpa bujuk rayu, tanpa provokasi, tanpa intimidasi dari pihak lain di luar nuraninya.

mungkin perang itu telah mengalahkannya sedemikian sehingga ia kembali padaku serupa ini. mungkin malah ia telah memenangkan perang itu, terlampau jamak asumsi padaku hanya karena aku tak kuasa bertanya padanya, setidaknya bukan saat ini masaku untuk mencari jawaban dari dirinya. yang aku mengerti hanya aku tetap tinggal di tempat yang sama disaat ia meninggalkan aku. aku tak beranjak sedikitpun, semata untuk meyakinkan bahwa aku tetap berada di tempat yang sama ketika ia kembali mencariku lagi seusai ia melalang buana.

sungguhpun ia koyak kali ini. beban yang diembannya pada waktu lalu mungkin lebih berat dari yang seharusnya ia tanggung. hanya guratan kekecewaan yang membekas pada rautnya ditemani pencilan-pencilan luka yang masih meradang dan tak kunjung pulih karena digenangi air mata yang tak kenal henti.

dan kini ia terdiam tepat disisi kananku, memandang pada satu titik api yang tak fokus. kembali menguraikan detik-detik peperangan dalam benaknya dan menegaskan semburat kepedihan lebih dalam pada tiap inci wajahnya. air matanya terus jatuh tanpa isakan dan ia membeku tanpa keluhan.

No comments:

Post a Comment