Thursday, July 8, 2010

pusaran

lalu aku berjalan dalam satu pusaran kehidupan, bagian dari keseluruhan kehidupan yang mungkin harus aku telusuri keindahannya karena aku sendiri telah menetapkan pilihan untuk menelaah pusaran ini. jalannya terlalu berliku, melelahkan seakan menghisap seluruh unsur nyawaku ketika aku berada didalamnya, namun pusaran ini sekaligus menyenangkan, sangat nyaman sehingga membuat aku tidak ingin beranjak lebih cepat untuk menemukan titik pusatnya.

tapak-tapak milikku tersisa jelas pada tanah yang aku lalui. aku tidak membutuhkan cahaya untuk melihat titian langkahku, gelap pekat namun tiada sesak. aku tidak memerlukan percikan bunyi untuk mengetahui kelok di depan jalanku. pusaran ini seakan menyesuaikan keberadaannya dengan diriku, sapuan gumpalan udara memelukku dengan sangat hangat setiap kali aku menginginkannya. dan aku biarkan diriku menelusuri pusaran ini sedikit lebih lambat dari pusaran yang sebelumnya. sungguh, hanya pusaran ini yang mampu membuatku ingin terus berada dalam dekapannya.

pada jejak langkahku sampai pada hitungan dua ratus, pusaran ini menghimpitku tanpa pertanda. memaksa aku membelalakan mata, memasang telinga lebih tajam, memekik keras dan meronta kesegala arah. pusaran ini melontarkanku pada kumparan cahaya yang membutakan mataku, menusuk-nusuk liang telingaku dengan bebunyian ultrasonik tanpa petujuk dan menghempaskan tubuhku pada jutaan kubik air hitam legam serta berbau menyesakkan tanpa ampun.

keseluruhan penderiaan yang menghantamku pada waktu yang sama itu sungguh sangat menyakitkan aku, namun akar kekecewaanku berada pada kudeta kepercayaan. kepercayaan akan indahnya pusaran yang semula seakan melindungi segenap jiwaku tanpa syarat, yang kemudian berbalik arah menghisap keseluruhan jiwaku pada liang kesengsaraan. meninggalkan aku terperosok dalam pedihnya hati yang buyar menjadi serpihan-serpihan kecil tanpa wujud.

kekecewaan ini yang menggugahku untuk segera berlari sampai habis tuntas kekuatanku. berlari tanpa arah dalam pusaran yang seakan tak berkesudahan, berlari menyelamatkan diri dari deburan penderitaan yang tak kunjung padam. berlari dan terus berlari, berharap dalam detik berikutnya aku dapat melihat gemericik cahaya penanda ujung lorong pusaran ini. namun semakin kuat aku mencari, semakin menderu penderitaan ini menghampiriku dalam kecepatan suara. menyisakan sayatan-sayatan tak terperikan yang dengan jelas memilukanku tanpa aku dapat melihat dalamnya bilur-bilur itu meronakan tubuhku.

aku harus terus berlari dan meninggalkan pusaran ini.. harus!! harus!! helaian napas terakhirku aku buang bersama dengan pekikan panjang yang terhenti bertepatan dengan dobrakan tubuhku pada selaput membran penutup lorong pusaran. dan kemudian gelap...

dimana aku?

1 comment:

  1. keren ni ne'.... terusin bisa jadi cerpen or even a novel! :D hehehe... terus ngompori elo biar jadi penulis ;) eh btw katanya kalo mau lebih byk yg baca, bisa bkn di kompasiana. gw dah bikin, isinya sama dengan yg di blog hehehe....

    ReplyDelete