Friday, July 23, 2010

salah?

"aku ga siap nikah nih, masi ada rasa bersalah yang ga pernah ilang.."
"gila ya kamu! ini tinggal tiga bulan lagi tau! jangan ngaco deh ah!"
"beneran, aku cuma gak mau rasa bersalah ini akan terus ada sampe aku mati."
"rasa salah apa sih? yang mana sih? salah ke siapa??"

kemudian kami menyudut di ruangan setelah keluar dari ruang ganti, sementara tubuhnya masih lengkap dililit kebaya putih bersih yang meredup karena senyum yang tiba-tiba hilang dari parasnya. aku terdiam dihadapnya, sementara ia mengumpulkan segenap jiwa yang tercecer untuk bertutur tentang pelik yang menghantuinya. sesaat kemudian ia menghela napas panjang untuk membagi kisahnya dengan aku.

air matanya meleleh tanpa diinginkan, ia menangis karena beban hati, ia menangis oleh sebab rasa bersalah yang tanpa kenal waktu menggeliat keluar mengikiskan senyum dan tawanya. rasa bersalah pada dua manusia yang mengakibatkan ia menapaki bumi ini, yang memberinya degup pada jantung dan yang melindunginya pada rahim. kesalahan akan perubahan yang telah ia pilih yang membuatnya kemudian bersebrangan dengan kedua orang itu. kesalahan akan pilihan yang mengakibatkan ia tidak lagi pergi bersama-sama dengan mereka pada hari minggu. kesalahankah itu, jika ia memilih untuk memuliakan sang kekal pada waktu-waktu yang ditetapkan sebanyak lima kali dalam satu hari? kesalahankah itu, jika ia menetapkan pilihannya untuk lebih teratur bertemu dengan sang esa?

aku tetap terdiam menelusuri serbuan kata-katanya yang berhamburan tanpa arah, aku biarkan ia menuntaskan segenap beban yang menggelayut di hati. menemaninya dengan sekotak tisu di tangan kananku dan segelas air putih di tangan kiriku. tersenyum sesekali setiap kali ia membalas pandanganku terhadapnya.

kini ia makin menghitam bersamaan dengan jeritan tanpa suara yang terproyeksi dimatanya. selimut rasa bersalah itu nampak semakin tebal melegamkannya. rahim tempatnya bernaung pada waktu lalu telah kembali menjadi abu. melebur bersama debu tanah tanpa menyisipkan restu untuknya. sementara jutaan butir pasir terus menampar sekujur tubuhnya tanpa ampun, mempersalahkan nuraninya akan salah satu rahasia semesta yang menimpa sang rahim yang berlalu tanpa restu.

geliat kesalahan kini berbaur dengan kemarahan. memojokan dirinya sendiri pada sudut kegelapan yang tanpa sadar diciptakannya. menyerap seluruh energinya dan meningkatkan kegeraman yang tak bertepi. telah diupayakannya ribuan pembenaran, namun tetap saja hanya berupa penyangkalan. telah ia hujamkan permohonan maaf pada pusara yang teduh, tetapi sedikitpun tidak mentahirkan hatinya.

abu dalam pusara itu telah menyatakan restu dan memeluknya dengan maaf. namun ia sendiri yang kian hari kian mengeraskan nuraninya tanpa ampun. ia sendiri yang tidak pernah memaafkan dirinya akan kesalahan semu yang seakan telah diperbuatnya. kesalahan yang akan terus bermunculan dalam waktu yang tak terduga dalam semesta yang tak hingga. dapatkah aku ungkapkan padanya, bahwa kesalahan utamanya adalah membiarkan dirinya tidak memaafkan diri sendiri, tidak mengampuni jiwanya, berseteru dengan nuraninya dan menjebak hatinya pada tudingan yang ia ciptakan sendiri? sementara ia terlalu sibuk mempersalahkan diri, sehingga ia menjadi buta dan tuli akan pelukan maaf dan selimut restu yang dikirimkan sang rahim yang terus melindunginya tanpa syarat. sungguh tanpa syarat apapun.

maafkan dirimu, sahabat. sebab hanya itu yang akan melapangkan hatimu.

4 comments:

  1. ga bisa ngebayangin kalo seseorang yg mau kita nikahin tiba2 seperti ini...

    pindah agama sd skrg masih jd one of hell big issue, bahkan bukan hanya di masyarakat, even di hati masing2 manusia nya ya ne...

    one big question, bagaimana caranya memaafkan diri sendiri ya....i have no idea...

    ReplyDelete
  2. nah itu dia, konsep neraka buat gw adalah kayak gitu, dimana manusia ga bisa maafin dirinya sendiri padahal Tuhan udah maafin.. cuma karena manusia itu sendiri ngerasa belom pantes. itu neraka menurut gw. bukan suatu tempat yang penuh dg api hehehe

    ReplyDelete
  3. kan katanya yg paling sulit dikalahkan/ditaklukkan ya diri sendiri hmmmmmmmm... (again another writing that i like... :))

    ReplyDelete
  4. betul kak!! cuma diri sendiri yang paling susah emang hehehe.. thx ya kak heheh

    ReplyDelete