Friday, July 16, 2010

telinga dan mulut

Sang telinga sedang sangat amat iri pada mulut. Lelah tampaknya ia berdiam disana tanpa aksi dan reaksi. Dengki terdalam pada mulut yang dapat mengeluarkan suara, memadukan kata-kata atau bahkan hanya berdecak. Sungguh sangat cemburu pada si mulut yang dapat mengeluarkan liur atau bahkan mengosongkan isi perut. Sang telinga bahkan tidak pernah bergerak. Diam. Tak kuasa berkeluh kesah akan kelelahannya menjalani peran. Kebosanan menjalarinya sampai pada bagian terdalam. Ia hanya dapat bertukar pada saluran eusthacius, terhubung tanpa benar-benar bertukar peran.

Dalam detik ini juga, sang telinga memaksakan kodrat ilahi. Merenggut mulut dari singgasananya dan mengkudeta perannya. Pada detik berikutnya sang telinga menjabarkan keluh kesahnya tanpa ampun. Kemudian dengan lunglai kembali menahtahkan si mulut pada daerah yang diokupasinya tadi.

Kembali pada perannya, sang telinga dengan sadar kembali pada perannya.

No comments:

Post a Comment